Monday, December 29, 2008

Modal Bukan Segalanya

Masih banyak yang bingung, bagaimana memulai bisnis. Saya tak akan jemu-jemu mengatakan, pertama-tama lihatlah potensi diri Anda sendiri. Sesuatu yang selama ini mungkin Anda anggap sekadar sebagai hobi, bukan mustahil itulah peluang Anda untuk mulai berbisnis. Beberapa contoh sudah pernah saya turunkan, yaitu mereka yang memulai bisnisnya dari hobi. Pada umumnya mereka berhasil karena sejak awal memang sudah sangat mencintai pekerjaan itu. Tinggal menambahkan penerapan prinsip-prinsip manajemen usaha yang baik, jadilah hobi itu bisis yang menguntungkan.

Dalam acara Bedah Bisnis Rhenald Kasali di Radio M97, 10 Juli 2002, saya menghadirkan Mamiek Soebagjo Prihadi. Ia membangun bisnis garmen yang spesifik dan membuka dua rumah busana yang cukup terkenal di Jakarta, yaitu Ningnong dan Filary. Boleh dibilang, Mamiek membangun bisnis ini secara tidak sengaja di tahun 1982. “Saya nggak pernah bercita-cita, tetapi Tuhan kasih jalan pada saya, inilah bisnis yang bisa kami kelola dari rumah, dan bisa menciptakan lapangan kerja,” begitu katanya kepada saya dan penyiar Febrira Galib.
Sebelumnya Mamiek bekerja sebagai orang kantoran di beberapa perusahaan modal asing. Mungkin dalam benaknya saat itu, bekerja ya bekerja di kantor. Bukan membuka usaha sendiri. Apalagi karena keluarga lainnya tak ada yang berbisnis sendiri. Tapi saat berbisnis sendiri pun tiba, ketika anaknya yang masih delapan bulan umurnya sakit panas. Sebagai ibu, ia dihadapkan pada pilihan mau terus bekerja di kantoran atau tinggal di rumah saja. Ia memilih yang kedua dan iseng-iseng mulai menjahit baju buat anak-anaknya. Menjahir adalah hobi berat Mamiek sejak kelas lima SD.
Melihat hasil jahitan yang bagus, ibu mertuanya “menantang” berbisnis. Mamiek diminta menjahit buat teman-teman ibu mertuanya yang cukup banyak. Dari situlah bisnis itu berkembang. Jahitannya bagus dan nyaman dikenakan. Pelanggan setia mulai terbangun, dan terus bertambah dari hari ke hari. Sampai sekarang ada sekitar 200-an pelanggan setia yang selalu datang kembali dan kembali lagi.
Beberapa hal yang patut digarisbawahi dari penjelasan Mamiek adalah:
• Berangkat dari hobi.
Menjahit adalah hobi Mamiek. Ia belajar dengan melihat bagaimana ibunya dulu menjahitkan baju untuk anak-anaknya. Sejak kelas lima SD Mamiek sudah menjahit bajunya sendiri. Pekerjaan berlandaskan hobi biasanya dilakukan dengan kesungguhan dan ketekunan yang tingi. Hasilnya adalah sesuatu yang bermutu.
• Produk yang spesifik.
Busana yang diproduksi Mamiek tergolong spesifik. Kebanyakan jenis busana Muslim dan Kebaya, biasa digunakan untuk pesta. Ciri khusus busana yang dibuat adalah bordir. Satu motif bordir untuk satu baju. Jadi tidak ada kembarannya. Mamiek juga tidak tertarik membuat produk secara massal. Itu yang membedakan busananya dengan busana sejenis yang dijual di mal atau department store. Bisa dipastikan, mengenakan busana Mamiek tidak akan ada yang menyamai.

• Pasar yang jelas.
Pasar yang dilayani Mamiek juga terbilang spesifik dan jelas. Mula-mula adalah ibu-ibu isteri pejabat yang menjadi kenalan orangtuanya. Lewat komunikasi dari mulut ke mulut, pasar ini berkembang di segmen dan kelas yang sama. Bahkan, yang semula pelanggannya adalah ibu lantas berkembang menjadi keluarga si ibu, karena yang kemudian menjahitkan baju juga suami dan anak-anak pelanggan itu.
• Modal bukan yang utama.
Sebagaimana mereka yang bermental entrepreneur, di mana uang atau modal bukanlah kekuatan utama melainkan mind set entrepreneurship-nya, begitu pula halnya dengan Mamiek. Ia memulai bisnisnya hanya dengan sebuah mesin jahit dan beberapa rupiah pembeli bahan saja. Di tahap ini yang terpenting adalah keberanian memulai. Tentu saja kemudian modal ikut berkembang seiring dengan perkembangan bisnis itu sendiri. Ketika pesanan-pesanan mulai banyak, modal untuk menyediakan bahan baku ikut bertambah. Tapi Mamiek mengaku tidak banyak membuat stok bahan baku, sebab kebanyakan busananya dibuat berdasarkan pesanan. Bila pelanggan tidak pesan dan menyetujui dulu bahan-bahan yang digunakan, busana tidak akan dibuat. Ini mengurangi risiko lose yang tidak perlu.
• Melayani dengan hati.
Dengan ratusan pelanggan setia yang kini dilayani, Mamiek menjaga pelanggannya dengan pelayanan sepenuh hati. Ia memperlakukan pelanggan maupun karyawan seperti memperlakukan saudara sendiri. Dengan cara ini, pelanggan memperoleh kepuasan bukan saja dari kualitas produk yang dibelinya, tetapi juga dari pelayanan yang diberikan oleh hati yang tulus. Kecenderungan kelas menengah ke atas saat ini memang mencari kepuasan pelayanan.
Berpikir simpel adalah ciri kebanyakan pengusaha sukses. Kita sering ingin mengeksplor seluruh variabel yang akan dihadapi. Baik variabel eksternal maupun internal. Akibatnya, ketika kita mau mulai berbisnis kita melihat, waduh … banyak sekali ya. Izinnya gimana, ya? Modalnya dari mana? Kita mesti mengajak siapa saja? Terus nanti kantornya di mana, karyawannya siapa, sekretarisnya siapa, tukang jahitnya siapa, nyari ordernya gimana? Sudah dapat order, gimana cara mempertahankannya. Pesaingnya siapa? Nanti kalau diikuti orang bagaimana. Aduh, yang mana dulu nih. Semakin kita banyak tahu, akhirnya semakin kita tidak tahu apa-apa.
Ketika kita memulai bisnis, dari siapa yang sudah kami bawa lewat forum ini maupun observasi yang kami lakukan, selalu dikatakan bahwa intinya cuma satu, yaitu mereka selalu berpikir simpel. Dunia bisnis memang sangat kompleks, begitu banyak variabel yang harus kita eksplor. Tetapi cobalah just do it. Lakukan saja, jalani dan pahami betul bahwa masalah itu tidak bisa dipecahkan dalam satu hari. Bukankah Roma tidak dibangun dalam satu malam? (AD)

Artikel By: Rhenald Kasali

0 comments: