Wednesday, December 3, 2008

Setengah Isi Setengah Kosong

Seorang staff muda bagian promosi produk pakaian dalam wanita diminta oleh pimpinannya untuk melakukan survey pasar di Lokasi suku pedalaman. Hal itu dilakukan untuk melihat kemungkinan ekspansi pasar di sana. Hari Pertama di lokasi membuat ia frsustasi karena melihat hampir semua wanita suku pedalaman tidak mengunakan pakaian, apalagi pakaian dalam. “ Tidak mungkin melakukan ekspansi ke tempat ini” katanya mantap Lalu ia pun pulang ke kantor pusatnya.

Si Pimpinanpun tak percaya dan mengirimkan staf muda lainnya untuk mencari pendapat kedua, Begitu sampai di lokasi staf muda yang kedua ini langsung terperangah menyaksikan ada banyak wanita suku pedalaman yag tidak mengunakan pakaian , apalagi pakaian dalam, kemudia dengan optimis dia menginformasikan bahwa ada ladang baru yang harus digarap.

Dua orang yang berbeda namun dengan latarbelakang perusahaan yang sama dan melihat situasi yang sama, namun memiliki cara pandang yang berbeda. Satu optimis namun yang lain pesimis. Perubahan situasi pasar dan lingkungan bisnis membuat setiap individu meresponnya dengan cara yang berbeda pula.

Mutasi yang mendadak dari kantor pusat ke daerah terkadang mempunyai pikiran bahwa ini adalah akhir segalanya. Pengalihan tugas dari ke tempat atau unit tertentu , terkadang membuat kita mengklaim diri kita sedang di buang. Bahkan ketika memasuki usia pensiun sering direspon sebagai malapetaka yang besar. Karena ada bagian dari dirinya yang hilang sama sekali, pergumulan hidup apapun yang dialami manusia ( maupun perusahaan ) acapkali dimaknakan sisi gelap dari sebuah perjalanan karier dan kehidupan seseorang. Padahal pepatah bijak mengatakan “ Bukan peristiwanya yang penting melainkan bagaimana merespons peristiwa yang terjadi tersebut yang akan menentukan kualitas diri kita”.

Salah satu ilustrasi dalam pelatihan motivasi yang lazim sering dilakukan adalah dengan mengambil gelas yang setengah berisi air. Setiap orang diminta untuk mengatakan apa yang dilihatnya. Sebagian mereka mengatakan gelas itu setengah kosong dan sebagian lagi melihat gelas tersebut setengah masih berisi. Dilihat dari kebenaran berdasarkan fakta kedua jawaban itu benar. Dibalik itu semua yang menarik adalah cara pandangnya. Coba kita perhatikan dengan seksama mereka yang mengatakan gelas itu setengah kosong mengilustrasikan cara pandang yang pesimis, sedangkan yang melihat gelas tersebut setengah masih ada isinya bahkan dengan semangat mengatakan. “masih ada setengah Lagi Pak”..! mengilustrasikan cara pandang positif ( Optimis ).

Ilutrasi ini dapat kita rasakan sebagai contoh ketika jam kerja sudah menunjukkan pukul 15.45 WIB, dan kita diminta untuk melakukan pekerjaan tertentu . Sebagian orang dapat juga mengatakan: “Ah tanggunglah, besok saja, Sebentar lagi juga pulang!’ , Sebagian lagi mengatakan yang sebaliknya, “ Mari saya kerjakan mumpung masih ada waktu 15 menit lagi. Besok kita punya pekerjaan lain. Waktunya sama, namun cara pandang kita terhadap waktu yang tersisa 15 menit tersebut tentunya berbeda – beda. Dilain pihak , dari sisi bisnis tentu setiap orang bisa melihat dengan cara pandang yang berbeda terhadap situasi yang melanda perusahaan . Perkembangan perusahaan bisa bertahan ( susvive ) dan bertumbuh ( Growth ) atau tidak juga bergantung bagaimana karyawan memandangnya

Dalam kehidupan antara pegawaipun demikian, Cara kita memandang orang lain akan sangat mempengaruhi bagaimana hubungan kita dengan orang lain tersebut selanjutnya. Ada saja orang yang berkutat dari sisi negative orang lain dibandingkan dengan potensi – potensi yang dimilikinya. Masih ada juga segelintir orang yang menceritakan “ gelas kosong “ orang lain daripada “ gelas isi’ dirinya. Para ahli mengatakan bahwa cara pandang ini sangat dipengaruhi oleh apa yang masuk melalui pikiran. Baik itu melalui media bacaan, tontonan maupun hasil perbincangan dengan orang lain, juga system pola asuh di rumah.Menariknya lagi cara pandang ini tidak berhubungan dengan gelar atau pangkat yang disandang, pangkat dan jabatan serta kekayaan seseorang, Semua hal ini tergantung dari kualitas mental seseorang.

Bagaimana “gelas” keluarga kita saat ini, Bagamana “gelas” perjalanan karier kita selama menatapi jalan menuju ke kantor, bagaimanapula “gelas” perusahaan dalam perkembangan terakhirnya. Semua tentu tidak ada yang penuh dan pasti ada bagian – bagian yang kosong. Satu langkah yang penting untuk memulainya dengan efektif adalah dengan mamaknainya pada sisi yang masih terisi melalui pemaknaan yang demikianlah kita akan mampu berbuat kreatif dan berbuat banyak bagi perusahaan, keluarga dan diri sendiri.

John Wesley pernah bertutur:, Lakukan yang terbaikk yang bisa anda lakukan dengansegenap kemampuan , dengan cara apapun, dimanapun, kapanpun, kepada siapapun ,sampai anda tidak mampun melakukannya.



By. Parlindungan Marpaung

Setengah Isi Setengah Kosong
MQS Publishing


0 comments: