Thursday, November 6, 2008

Nilainya Melebihi Satu Milyar Rupiah

By Andrew Ho
Dikisahkan tentang sepasang suami istri yang baru saja menikah. Awalnya kehidupan rumah tangga mereka harmonis. Tetapi tuntutan kebutuhan rumah tangga semakin besar, sementara si istri belum dapat menyiasati sumber penghasilan suaminya yang tak seberapa. Tak ayal si istri menjadi kalang kabut sehingga ia selalu merasa kurang puas.

Buntutnya keadaan tersebut memicu kebiasaan si istri setiap hari selalu mengeluh dan menuntut suaminya memenuhi semua kebutuhan, dari mulai rumah, mobil, dan fasilitas lainnya senilai satu milyar rupiah. Sedangkan sang suami benar-benar dibuat stres. “Bagaimana mungkin? Penghasilanku kan hanya segitu!” guman sang suami. Lebih parah lagi, di tengah tekanan tersebut, ia sama sekali tidak berhasil memberikan pengertian kepada sang istri.





Suatu ketika mereka berdua berkunjung ke rumah sakit menjenguk salah seorang rekan si istri yang tergolek lemah terserang penyakit ganas. Rekan si istri tersebut menceritakan bahwa ia selama ini sering lupa makan, kurang istirahat, dan melakukan pola hidup yang salah. Kejadian itu memberikan seberkas ide bagi sang suami untuk memberikan sedikit pengertian kepada istrinya tercinta.

Dalam perjalanan pulang, sang suami memecah keheningan. Ia bertanya kepada istrinya, “Jika saya memberikan kamu uang 1 milyar, tetapi syaratnya kamu harus sakit seperti temanmu tadi, apakah kamu mau?”

“Tidak!” tukas istrinya.

Dua hari kemudian, mereka berjalan-jalan melewati sebuah bungalow yang sejuk dan cantik. Tak lama kemudian muncul sepasang manula dari bungalow tersebut. “Ini kesempatan aku mengetuk hati istriku,” pikir si suami. Ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia segera mengajukan sebuah pertanyaan kepada istrinya, “Jika sekarang kamu bisa memiliki sebuah bungalow seperti itu, tapi seketika kamu menjadi tua seperti orang tua tadi, apakah kamu mau?”

“Tidak !” ucap istrinya agak kesal.

Tak lama setelah kejadian tersebut, terjadi perampokan besar di sebuah Bank ternama di kota yang mereka tinggali. Bank tersebut hampir saja menderita kerugian 1 trilyun rupiah, kalau saja aksi perampok tersebut tak berhasil digagalkan. Berita tentang salah seorang perampok mati tertembak dengan cepat tersiar di seluruh kota.

Pasangan suami istri tersebut mendengar tentang berita perampokan Bank dari siaran di televisi. Ketika si istri serius memperhatikan kelanjutan berita perampokan tersebut, si suami tergelitik untuk bertanya kepada istrinya. “Kalau kamu diberi uang satu milyar, tapi kamu mesti menjalani hukuman mati, apakah kamu mau,” celetuk sang suami memecah keheningan.

Kontan sang istri tersulut emosinya. “Omong kosong apa kamu! Diberi bukit emaspun aku tidak mau!” sergahnya kepada sang suami.

Mendengar ucapan istrinya, sang suami tersenyum riang. Ia merasa senang, karena hampir berhasil membawa istrinya pada pemikiran yang benar. “Apakah kamu sekarang sudah menyadari dan merasakan bahwa kita sebenarnya sangat kaya! Kita memiliki kesehatan, masa muda dan nyawa,” kata suaminya.

Ia melanjutkan, “Kekayaan yang sudah aku sebutkan tadi jauh lebih besar dari uang 1 milyar rupiah! Bukankah kita masih memiliki sepasang tangan untuk memperjuangkan masa depan dan nasib kita?”

Kata-kata suaminya benar-benar membuat wanita itu terpaku. Ia baru sadar selama ini sudah bertindak bodoh, karena tidak mensyukuri anugrah yang telah ia nikmati setiap hari, setiap jam, setiap menit dan setiap detik. Sejak saat itu hatinya mulai terbuka pada masukan baru yang positif dan senantiasa memperbaiki diri supaya menjadi istri yang lebih baik.

Pesan :

Berdasarkan kisah diatas kita dapat menilai bahwa manusia sebenarnya memiliki kekayaan yang luar biasa. Kita memiliki tubuh yang sempurna dibandingkan mahkluk Tuhan YME lainnya. Terlebih kita memiliki pikiran yang luar biasa hebatnya dibandingkan dengan komputer yang paling canggih sekalipun.

Tetapi sebagian besar diantara kita sering menyamakan kekayaan manusia dengan hal-hal yang bersifat materi. Sehingga tak jarang diantara mereka menjadi sombong, serakah, tidak jujur, menang sendiri dan lain sebagainya. Kurangnya rasa syukur kepada Tuhan YME atas segala keistimewaan yang kita miliki dapat memicu kita menonjolkan sikap buruk karena tak mampu berpikir jernih, misalnya rasa frustasi yang berkepanjangan, gelisah, sakit fisik, emosional dan bahkan depresi.

Padahal kalau saja kita menukar anggapan kita yang serba materialistis menjadi pola pikir yang serba bersyukur atas anugerah Tuhan YME yang ada di dalam diri kita, maka kita akan lebih mudah berprasangka & berperilaku positif, berkreasi dan menciptakan lahan usaha baru yang lebih produktif dan lain sebagainya. Banyak hal positif di dalam diri kita yang dapat menghasilkan uang dengan mudah.

Segala potensi yang ada di dalam diri kita sangat tinggi nilanya, tak tertandingi dengan materi berapapun juga. Hargai apa yang sudah kita miliki dengan rasa syukur kepada Tuhan YME dan terus berusaha menciptakan karya terbaik.

“Whatever you are, be a good one. – Siapapun diri Anda, jadilah yang terbaik,” ujar Abraham Lincoln, mantan presiden Amerika Serikat yang hidup pada tahun 1809 – 1865. Karena siapapun Anda pasti bisa melakukannya.

www.andrewho-uol.com

0 comments: